Gagak yang Senang Dipuji

Ada seekor gagak mencuri dendeng dari tempat penjemuran. Dibawanya dendeng itu terbang menjauh, lalu ia hinggap di pohon dadap yang tumbuh di pinggir desa. Kebetulan, kejadian itu tak luput dari pengamatan seokor anjing yang cerdik.

Anjing itu juga menyukai dendeng. Didatanginya gagak itu di bawah pohon dadap, berharap Sang Gagak mau berbagi dendeng. Gagak sebenarnya melihat ada anjing di bawah pohon, tapi pura-pura tak dilihatnya. Dinikmatinya dendeng itu sendirian.

Sang Anjing berpikir mencari akal, bagaimana dendeng yang lezat itu bisa dimilikinya. Lalu ia berkata, "Eh, ada burung bagus sekali. Pematuknya panjang, bulunya hitam tetapi sangat halus. Burung apa ya namanya? Sepertinya burung ini tiada banding. Bahkan Cendrawasih pun masih kalah dibandingkan dengannya. "

Pada mulanya, ucapan anjing itu tak didengarnya. Tetapi ketika anjing itu membandingkannya dengan Cendrawasih, Sang Gagak gembira sekali. Cendrawasih adalah burung yang paling indah. Tetapi anjing itu mengatakan bahwa ia tak kalah dengan cendrawasih, hatinya membusung.

Luluh hatinya mendengar pujian anjing. Terpikir olehnya untuk membagi dendeng dengan anjing itu. Tapi karena dendeng itu sulit dibelah, ia tak jadi membaginya.

Sang Anjing melihat wajah gagak berseri-seri setelah mendengar pujian darinya. Ia berpikir, usahanya telah berhasil. Apalah susahnya memuji-muji gagak untuk mencapai apa yang ia inginkan.

Oleh sebab itu, Sang Anjing melanjutkan ucapannya, "Betapa menyenangkan bisa berteman dengan burung yang lucu ini. Tapi apalah daya, aku hanya hewan yang hina. Seumur-umur selalu dalam penyesalan, tidur di tangga rumah. Kalaupun dapat makanan, itupun hanya makanan sisa. Tapi, biarpun tak bisa berteman dengan gagak yang lucu, alangkah penasarannya jika tak mendengar suaranya.".

Saat mendengar pujian anjing yang demikian bagusnya, Sang Gagak lupa bahwa ia sedang memegang dendeng dengan mulutnya. Hatinya tergerak untuk menyapa, lalu terdengarlah suara, "ngak...ngaaak". Begitu gagak membuka mulutnya, dendeng itu terjatuh. Sang Anjing dengan cepat berlari ke tempat jatuhnya dendeng. Dilahapnya dendeng itu, sekalipun dendeng jatuh di tanah yang kotor.

Gagak itu menyesal sebentar karena dendeng-nya jatuh. Lalu ia diam di dahan sambil memperhatikan anjing itu melahap dendeng.

Setelah agak lama, Sang Gagak baru paham, pujian anjing itu tidak tulus kepadanya. Anjing itu memuji-mujinya karena menginginkan dendeng yang sedang dimakannya. Iapun mengepakkan sayap terbang ke arah pohon bambu, mencari ulat sebagai pengganti dendeng yang telah direbut oleh anjing.[]

PRANALA