Seorang petani miskin memiliki seekor bebek. Meskipun miskin, si petani ini rajin bekerja keras setiap hari. Dari hasil lahannya yang tidak seberapa luas itu, ia hanya bisa mencukupi kebutuhannya sendiri, dan memberi makan bebek kesayangannya.
Kadangkala itupun tak cukup, sehingga pada suatu hari, ia kelaparan, sementara tak memiliki suatu apapun untuk dimakan. Dalam keputusasaannya, ia berdoa kepada Tuhan, agar memberinya kekayaan.
Doa-nya kali ini ternyata dikabulkan Tuhan. Bebek satu-satunya yang ia miliki tiba-tiba bertelur emas murni. Dengan sangat gembira, si petani menjual telur itu ke kota dan pulang membawa harta yang berlimpah.
Bebek itu ternyata bertelur emas setiap hari, sehingga lama kelamaan si petani tak lagi miskin. Ia membeli banyak lahan pertanian, ia juga membangun peternakan. Rumahnyapun dibangun dengan megah.
Namun, datangnya kekayaan yang mudah itu membuatnya semakin serakah. Ia menginginkan telur yang lebih banyak lagi. Ia berpikir, telur emas itu pastilah berasal dari dalam perut bebek. Maka ia memotong bebek dan membedah perutnya. Betapa kecewanya ia saat menyaksikan di dalam perut bebek itu tak ada emas yang ia cari.
Sekarang bebek itu sudah mati. Dan petani itu semakin frustasi. Lahan pertanian dan peternakan tak ia urus, ia termenung setiap hari, menyesal telah membunuh satu-satunya bebek kesayangannya. Iapun gemar berjudi dan minum minuman keras, mencoba membunuh waktu, melupakan perbuatannya dahulu.
Lama-kelamaan hartanya habis, dan si petani itu miskin kembali.
PRANALA
- Versi Basa Sunda: Entog Emas.
- Versi Basa Jawa: Bebek Ngendok Emas.
Posting Komentar
Posting Komentar